CERITA NARATIF ANDE ANDE LUMUT



“Ande Ande Lumut”


 Ibu klenting :” wahai anak anak ku, kemarilah..”
Kelenting merah : “ada apa si ibu?”
Ibu lenting : “ di seberang desa sana ada sebuah sayembara, yang mengadakan sayembara adalah pangeran tampan itu bernama ande-ande lumut”
Klenting biru : “ waaw… ayo klenting merah kita harus segera berdandan.
Pada hari sayembara itu dimulai, Kleting Abang, dan Kleting Biru pun segera berdandan sangat mencolok. Mereka mengenakan pakaian paling bagus dan perhiasan yang indah. Saat mereka sedang asyik berdandan, Kleting Kuning mendekati mereka.

Kleting Kuning                 : “Wah, kalian cantik sekali” (kata kuning yang memuji mereka).
Kleting Merah            : “Hai, Kleting Kuning ! Apakah kamu ingin mengikuti syembara juga?”(dengan sedikit membentak pada Kleting Kuning dan mengayunkan kipasnya).
Kleting Biru                 : “Benar, kamu tidak pantas ikut sayembara ini ! Lebih baik kamu di rumah mengurus semua pekerjaanmu. Ayo pergilah... ke sungai mencuci semua pakaian kotor itu!” (menunjuk ke pakaian ganti mereka yang kotor dengan suara berteriak kepada Kleting kuning yang termenung ketakutan).
Kleting Kuning           : “Baiklah.. aku akan mencuci pakaian-pakaian kotor ini,” (dengan suara yang lembut,  sembari mengumpulkan pakaian yang kotor)
Kleting kuning segera mengumpulkan pakaian kotor itu lalu pergi ke sungai. Sebenarnya, ia pun tidak tertarik untuk mengikuti sayembara itu, karena ia masih teringat kepada suaminya, Panji Asmarabangun. Ketika ia sedang mencuci di sungai dengan tatapan melamun, tiba-tiba Peri burung bangau datang menghampirinya.

Peri Burung bangau    : “Wahai, Tuan Putri! Pergilah ke Desa Dadapan mengikuti sayembara itu ! Disana  Tuan Putri akan bertemu dengan Panji Asmarabangun. Bawalah lidi ini ! Jika sewaktu-waktu  Tuan putri membutuhkan pertolongan, Tuan putri boleh menggunakannya,” (dengan anggunnya, sembari memberikan lidi itu kepada Kleting Kuning)
Kleting Kuning           : “Terimakasih, tetapi siapa kamu...” (dengan herannya dan seketika berhenti mencuci)
Burung itu tidak menjawab dan langsung terbang begitu saja. Walupun Kleting kuning masih sangat heran, tetapi Kleting tahu maksud dari Peri burung bangau itu. Tanpa berfikir panjang lagi, Kleting Kuning pun segera kembali ke rumah dan bersiap-siap berangkat menuju Desa Dadapan.
Sementara itu, Ketiga saudara dan ibu angkatnya telah berangkat terlebih dahulu. Kini mereka telah sampai di tepi Sungai Bengawan Solo. Mereka kebingungan karena harus menyeberangi sungai yang luas dan dalam itu sementara tak satupun perahu yang tampak di tepi sungai.

Klenting biru : “Bu, bagaimana caranya kita menyeberangi sungai ini?” (menarik lengan ibunya dengan ekspresi bingung)
Kleting Merah             : “Hai, coba lihat itu ! Makhluk apa itu?” (menunjuk kearah Yuyu Kangkang dengan terkejut)
Ibu Kleting                   :  “Itu si Yuyu Kangkang penguasa sungai ini kita harus berhati-hati padanya,” (bisik ibu Kleting kepada anaknya, sembari memeluk kedua anaknya)
(Yuyu Kangkang mendekati mereka )
Kleting Merah             : “Hai... Yuyu Kangkang.. ! Maukah kamu membantu kami menyeberangi sungai ini?” (berteriak dengan tangan di kedua sisi pipinya)
Yuyu Kangkang          : “Ha...ha...ha...!!! Aku akan membantu kalian, tapi kalian harus memenuhi satu syarat,” (tertawa lebar, dengan suara yang tegas)
Klenting biru         : “Apakah syaratmu itu, hai Yuyu Kangkang? Katakanlah !” (mendesak Yuyu Kangkang)
Ibu Kleting                  : “Apapun syaratmu kami akan memenuhinya asalkan kami dapat menyebrangi sungai ini!” (dengan sombongnya, dengan kedua tangan dipinggang)
Yuyu Kangkang          : “Syaratnya kalian harus mencium ku terlebih dahulu sebelum aku mengantar kalian keseberang sungai ini,” (mengambil kesempatan untuk menambah pengikutnya)
Ibu Kleting                  : “hah? Apa kau sudah gila?”
       Tetapi dengan terpaksa klenting biru dan klenting merah pun bersedia untuk di cium oeh yuyu kangkang.
Akhirnya Ibu Kleting dan ketiga anaknya menerima persyaratan dan satu persatu mereka di cium dengan si Yuyu Kangkang. Setelah itu, Yuyu Kangkang pun segera mengantar mereka ke seberang sungai. Selang beberapa saat kemudian, Kleting kuning juga tiba di tepi sungai.   

Kleting Kuning           : “Yuyu Kangkang maukah kamu membantu saya menyeberangi sungai ini?” (dengan suara lembut dan sabar, sembari melihat kearah Yuyu Kangkang)
Yuyu Kangkang          : “Ha...ha...ha...!!! Aku akan membantu kamu, tapi kamu harus memenuhi satu syarat,” (tertawa lebar, dengan suara yang tegas)
Kleting Kuning           : “Apa itu... apa yang harus saya lakukan?” (dengan pasrahnya)
Yuyu Kangkang         : “Kamu harus ku cium terlebih dahulu sebelum aku mengantar kamu keseberang sungai,” (mengambil kesempatan untuk menambah pengikutnya)
Kleting Kuning           : “Tidak... Aku tidak mau! Hal yang lain saja, aku akan turuti asalkan tidak menodai pipiku yang masih suci ini !” (seraya menyela perkataan Yuyu Kangkang)
Yuyu Kangkang          : “Yasudah berarti kamu tidak akan bisa menyebrangi sungai ini! Hanya itu saja persyaratan yang ku punya! Jadi kalau kamu tidak mau ya sudah tidak apa-apa!” (sembari menggrutu dan mengejek si Kleting Kuning)
Kleting Kuning           : “Ayolah... aku mohon... aku mohon Yuyu Kangkang ?” (memohon dengan pasrah)
Yuyu Kangkang          : “Tidak, ya tetap tidak... Persyaratanku ini tidak bisa diganggu gugat!” (dengan teguh pendirian)
Kleting Kuning           : “Ya sudah jika itu maumu.. aku akan buat sungai ini menjadi kering..! Hiaat... (dengan habis kesabaran, sembari menebaskan lidinya ke sungai)
Seketika, sungai menjadi itu sungai itu menjadi surut. Melihat hal itu, Yuyu Kangkang menjadi ketakuatan dan segera menyeberangkan Kleting Kuning bahkan sekaligus mengantarnya hingga sampai di Desa Dadapan. Setibanya dirumah Mbok Randa, Kleting Kuning bertemu dengan Ketdua saudara dan Ibu angkatnya.
(Kleting kuning tiba dan langsung duduk di sebelah ibu dan saudara-saudara angkatnya)
Ibu Kleting                  : “Ngapain kamu kesini bukannya kamu harus menyelesaikan pekerjaanmu...!” (bisik Ibu Kleting pada Kleting kuning, dengan nada yang sinis)
Kleting-kleting            : “Iya ngapain kamu kesini! Merusak acara saja!” (berbisik sembari marah)
Kleting Kuning           : “Kuning hanya ingin... Apakah kuning tidak boleh?” (dengan lugunya)
Pengawal 1               : “Ssshh...! Sayembara akan dimulai harap diam” (dengan tegas)
Sayembara pun dimulai. Secara Bergiliran Kleting Merah, dan kedua adiknya memperkenalkan diri dan menunjukkan kecantikannya dengan gaya masing-masing.
Kleting Merah             : “Saya Kleting Merah dari desa Seberang, lihatlah kecantikan saya...” (sembari menunjukkan kecantikannya dengan memutar tubuhnya)
Ande Ande Lumut : “ Tidak, aku tidak mau kamu yang menjadi istriku nanti! Berikutnya?” (menggeleng menolak)
Kleting Biru                : “Saya Kleting Biru dari desa Seberang, lihatlah kecantikan saya...” (sembari menunjukkan kecantikannya dengan memutar tubuhnya)
Ande Ande Lumut     : “Tidak, aku tidak mau kamu yang menjadi istriku nanti! Berikutnya?” (menggeleng menolak)
Ibu Klenting                : “Ampun Pangeran! Hamba mohon, terimalah salah seorang dari kedua putriku ini! Kurang cantik apalagi, mereka dengan dandanan yang sebagus itu?” (dengan ibanya, semabari belutut memohon)
Ande Ande Lumut     : “Memang benar ketiga putri Nyai cantik semua. Tapi, aku tetap tidak akan memilih seorang pun dari mereka,”(tanpa memberikan alasan dan hanya tersenyum)
Ande Ande Lumut     : “Pengawal ! Tolong panggilkan gadis yang duduk paling belakang itu. (dengan menunjuk ke arah Klenting kuning)
Rupanya, gadis yang di tunjuk oleh Ande Ande Lumut itu adalah Kleting Kuning. Ketika Kleting Kuning menghadap kepadanya, Pangeran tampan itu bangkit dari singgasananya.

Ande Ande Lumut     : “Aku memilih gadis ini sebagai permaisuriku,” (dengan memegang sisi pundaknya untuk diberitahukan kepada orang-orang yang berada di sana)
 (Betapa terkejutnya semua orang yang hadir di tempat itu, terutama Nyai Intan dan kedua putrinya nya).
Ibu Kleting                  : “Ampun, Pangeran ! Kenapa Pangeran lebih memilih gadis yang tak terurus itu dari ketiga putriku yang cantik dan menarik ini?” (dengan rasa ingin tahunya)
Ande Ande Lumut     : “Wahai , Nyai Intan! Ketahuilah, aku tidak memilih seorang pun dari putrimu, karena mereka ‘bekas’ si Yuyu Kangkang. Aku memilih gadis ini karena dia lulus ujian, yakni menolak untuk berjabat tangan dengan si yuyu kangkang,”(dengan bijaksananya)
Mendengar penjelasan itu, ibu klenting dan kedua putrinya baru sadar bahwa mereka di tolak oleh Ande Ande Lumut karena tidak lulus ujian.

Ande ande Lumut      : “Sebenarnya saya memang sedang mencari Dewi Sekartaji yang selama ini menyamar menjadi Kleting Kuning.” (dengan bicara gagah berani dan bijaksana)
Kleting Kuning           : “Apakah benar kamu adalah Panji Asmarabangun yang selama ini aku cari?” (senang dan sungguh tidak menyangka)
Ande Ande Lumut     : “Ya benar, saya adalah Panji Asmarabangun, pangeran dari Kerajaan Jenggala. (dengan teguhnya)
Kleting Kuning           : “Wah.. Syukurlah kalau begitu..” (begitu amat senang, dengan memegang sisi pundak  Ande Ande Lumut)
Ande ande lumut        : “Mbok saya ucapkan terimakasih atas semua bantuan mbok kepada saya  dan sebagai ucapan terimakasih ikut sertalah dengan kami untuk tinggal di istana Jenggala.”(sembari menghadap Mbok Randa yang selalu berada di sampingnya)

Mbok Randa               :  “Baiklah anakku, aku akan ikut bersama kalian.” (tersenyum bahagia karena mendapat keluarga kembali setelah sekian lama)
Klenting biru : “haaaaaaa L ibu,,, aku jadi tidak bisa menjadi istri ande ande lumuT”
Akhirnya, sepasang suami isteri yang dulunya terpisah sekarang telah bertemu kembali dan hidup bahagia dengan Mbok Randa yang mendampingi mereka berdua.


Previous
Next Post »
Thanks for your comment